Republik Indonesia, disingkat RI atau Indonesia, adalah
negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa
dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra
Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan
terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau,[5] nama
alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara.[6]
Dengan populasi lebih dari 237 juta jiwa pada tahun 2010,[7]
Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang
berpenduduk Muslim
terbesar di dunia, dengan lebih dari 207 juta jiwa.[8]
Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik,
dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih secara langsung.
Ibu kota negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan darat
dengan Malaysia
di Pulau Kalimantan, dengan Papua
Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor
Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia,
dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.
Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan
Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad ke-7, yaitu
ketika Kerajaan Sriwijaya di Palembang
menjalin hubungan agama
dan perdagangan dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha telah
tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam, serta
berbagai kekuatan Eropa
yang saling bertempur untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah Maluku semasa era
penjelajahan samudra. Setelah berada di bawah penjajahan Belanda, Indonesia yang saat itu
bernama Hindia Belanda menyatakan kemerdekaannya di akhir
Perang
Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat berbagai hambatan, ancaman dan
tantangan dari bencana alam, korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan
periode perubahan ekonomi yang pesat.
Dari Sabang
sampai Merauke,
Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan
rumpun bangsa (ras), Indonesia terdiri atas bangsa asli pribumi yakni Mongoloid
Selatan/Austronesia
dan Melanesia
di mana bangsa Austronesia yang terbesar jumlahnya dan lebih banyak mendiami
Indonesia bagian barat. Secara lebih spesifik, suku bangsa
Jawa adalah suku bangsa terbesar dengan populasi mencapai 41,7% dari
seluruh penduduk Indonesia.[9]
Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika"
("Berbeda-beda namun tetap satu"), berarti keberagaman yang membentuk
negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah yang luas, Indonesia
memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di
dunia.
Indonesia juga anggota dari PBB dan satu-satunya anggota yang pernah keluar dari PBB, yaitu pada tanggal 7 Januari 1965, dan bergabung
kembali pada tanggal 28 September 1966 dan Indonesia
tetap dinyatakan sebagai anggota yang ke-60, keanggotaan yang sama sejak
bergabungnya Indonesia pada tanggal 28
September 1950.
Selain PBB, Indonesia
juga merupakan anggota dari ASEAN, KAA, APEC, OKI,
G-20 dan akan
menjadi anggota dari OECD.
Indonesia merdeka
Soekarno, presiden pertama Indonesia.
Pada Maret 1945
Jepang membentuk sebuah komite untuk kemerdekaan Indonesia. Setelah perang Pasifik berakhir pada tahun 1945, di bawah
tekanan organisasi pemuda, Soekarno-Hatta memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945
yang pada saat itu sedang bulan Ramadhan. Setelah kemerdekaan, tiga pendiri
bangsa yakni Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sutan Sjahrir masing-masing menjabat sebagai
presiden, wakil presiden, dan perdana menteri. Dalam usaha untuk menguasai
kembali Indonesia, Belanda mengirimkan pasukan mereka.
Proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Usaha-usaha
berdarah untuk meredam pergerakan kemerdekaan ini kemudian dikenal oleh orang
Belanda sebagai 'aksi kepolisian' (Politionele Actie), atau dikenal oleh
orang Indonesia sebagai Agresi Militer.[24] Belanda akhirnya menerima hak
Indonesia untuk merdeka pada 27 Desember 1949
sebagai negara federal yang disebut Republik Indonesia
Serikat setelah mendapat tekanan yang kuat dari kalangan
internasional, terutama Amerika Serikat.
Mosi Integral Natsir pada tanggal 17 Agustus 1950, menyerukan
kembalinya negara kesatuan Republik Indonesia dan membubarkan Republik
Indonesia Serikat. Soekarno kembali menjadi presiden dengan Mohammad Hatta
sebagai wakil presiden dan Mohammad Natsir sebagai perdana menteri.
Pada tahun
1950-an dan 1960-an, pemerintahan Soekarno mulai mengikuti sekaligus merintis gerakan non-blok pada awalnya, kemudian menjadi
lebih dekat dengan blok sosialis, misalnya Republik Rakyat
Tiongkok dan Yugoslavia. Tahun 1960-an
menjadi saksi terjadinya konfrontasi militer terhadap negara tetangga, Malaysia ("Konfrontasi"),[25] dan ketidakpuasan terhadap kesulitan
ekonomi yang semakin besar. Selanjutnya pada tahun 1965 meletus kejadian G30S
yang menyebabkan kematian 6 orang jenderal dan sejumlah perwira menengah lainnya. Muncul kekuatan baru
yang menyebut dirinya Orde Baru yang segera
menuduh Partai Komunis
Indonesia sebagai otak di belakang kejadian ini dan bermaksud
menggulingkan pemerintahan yang sah serta mengganti ideologi nasional menjadi
berdasarkan paham sosialis-komunis. Tuduhan ini sekaligus dijadikan alasan
untuk menggantikan pemerintahan lama di bawah Presiden Soekarno.
Jenderal Soeharto menjadi presiden pada tahun 1967
dengan alasan untuk mengamankan negara dari ancaman komunisme. Sementara itu kondisi fisik Soekarno
sendiri semakin melemah. Setelah Soeharto berkuasa, ratusan ribu warga
Indonesia yang dicurigai terlibat pihak komunis dibunuh, sementara masih banyak
lagi warga Indonesia yang sedang berada di luar negeri, tidak berani kembali ke
tanah air, dan akhirnya dicabut kewarganegaraannya. Tiga puluh dua tahun masa
kekuasaan Soeharto dinamakan Orde Baru, sementara masa
pemerintahan Soekarno disebut Orde Lama.
Soeharto
menerapkan ekonomi neoliberal dan
berhasil mendatangkan investasi luar negeri yang
besar untuk masuk ke Indonesia dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar,
meski tidak merata. Pada awal rezim Orde Baru kebijakan
ekomomi Indonesia disusun oleh sekelompok ekonom lulusan Departemen Ekonomi Universitas
California, Berkeley, yang dipanggil "Mafia Berkeley".[26] Namun, Soeharto menambah kekayaannya
dan keluarganya melalui praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang meluas dan dia akhirnya dipaksa
turun dari jabatannya setelah aksi demonstrasi besar-besaran dan kondisi ekonomi
negara yang memburuk pada tahun 1998.
Masa
Peralihab Orde Reformasi atau Era
Reformasi berlangsung dari tahun 1998 hingga 2001, ketika terdapat
tiga masa presiden:
Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, Abdurrahman Wahid dan Megawati Sukarnoputri.
Pada tahun 2004, diselenggarakan Pemilihan Umum satu hari terbesar di dunia[27] yang dimenangkan oleh Susilo Bambang
Yudhoyono, sebagai presiden terpilih secara langsung oleh rakyat,
yang menjabat selama dua periode (2004-2009
dan 2009-2014).
Saat ini, posisi presiden Indonesia dijabat oleh Joko Widodo.
Indonesia
kini sedang mengalami masalah-masalah ekonomi, politik dan pertikaian bernuansa agama di dalam negeri, dan
beberapa daerah berusaha untuk melepaskan diri dari naungan NKRI, terutama Papua.
Timor Timur secara resmi memisahkan diri pada
tahun 1999 setelah 24 tahun bersatu dengan Indonesia
dan 3 tahun di bawah administrasi PBB menjadi negara Timor Leste.
Pada
Desember 2004 dan Maret 2005,
Aceh dan Nias dilanda dua gempa bumi besar yang totalnya menewaskan ratusan
ribu jiwa. (Lihat Gempa bumi
Samudra Hindia 2004 dan Gempa bumi
Sumatra Maret 2005.) Kejadian ini disusul oleh gempa bumi di
Yogyakarta dan tsunami
yang menghantam Pantai Pangandaran
dan sekitarnya, serta banjir
lumpur di Sidoarjo pada 2006 yang
tidak kunjung terpecahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan bijak